It’s Small and Cozy
Well, Bandung is not that small. But one thing for sure, it seems like, lo bisa travel dari tempat paling utara di Bandung ke tempat paling selatan di Bandung dan lo cuma butuh waktu satu jam. Do not count the traffic jammed, of course. And just pretend there are no those one-way streets. With them, forget about one-hour thing. It would take one damn day to go around Bandung. Terutama buat mereka yang belom kenal jalan-jalan di Bandung. Sekali lo salah belok, dan masuk ke area one-way, maann...that would mean hell! Kalo udah kaya gitu, mau gak mau lo harus ikutin jalan sampe lo nemuin tempat muter. Dan ga jarang, di beberapa jalan di kota Bandung, you got to drive all the way through the damn street just to turn around. Ughh..mending gue digodain bencong Jalan Braga deh daripada kejebak di one way street not knowing where to turn. But despite those all, Bandung is still, I think the coziest place to live in and be around. You gotta love the weather. In Bandung it is always like autumn in a city of four-season country. Sejuk-sejuk gimana gitu.
It’s shopping paradise
Wow, this is the greatest thing about the city any shop-a-holic girl- or even boy- would trade their life for. Udah jadi rahasia public kalo Bandung tuh gudangnya factory outlet. Hampir di setiap jalan-jalan utama di kota Bandung outlet-outlet beleretan dengan manisnya menunggu untuk dijamah. Dan kerennya lagi, di outlet-outlet yang ada di Bandung lo bisa nemuin baju-baju branded kaya Abercrombie and Fitch (ohhh, this one is my favourite), Hollister, Polo, Banana Republic or Victoria Secret dengan harga sangat terjangkau. Not to mention the distros. Bisa dibilang, benih-benihnya distro indie yang ada di Jakarta pertama kali muncul di kota yang umum dijulukin kota kembang ini. For those of you who have limited budget, Bandung is still a place to be considered. Di kalangan anak-anak Bandung- I’ve just found out recently- ada sebuah tempat yang okeh banget buat dijadiin referensi belanja di saat kantong lo lagi kena kanker- kantong kering- paling akut sekalipun. It’s called Cimol. Tempat yang letaknya di daerah Gede Bage ujung kota Bandung ini biasa hampir gak pernah sepi pengunjung. Sekilas, Cimol itu dari jauh cuman keliatan kayak tempat yang dipenuhin sama ratusan lapak-lapak yang isinya- gak lain- baju, baju dan baju. Ada juga sih yang jual sepatu dan tas, tapi kuantitasnya gak seajib baju yang dijual disana. Baju yang dijual di Cimol itu bukan sembarang baju. Baju disitu semuanya adalah baju bekas. Yep, those clothes have all been used. Tapi, tunggu dulu, baju bekas disana itu bukan baju bekas produksi lokal (yuchhh, gross), tapi baju-baju bekas import. Ada yang import dari Eropa, Amerika dan negara-negara Asia Timur kaya Jepang ato Korea. That’s why people refer Cimol as the supermassive secondhand store. The biggest one in Bandung. And the biggest I’ve ever found, I believe. Itulah kenapa barang-barang yang dijual di Cimol harganya murah a-bitch. Gue pertama tau tentang tempat ini dari temen gue, Sarah. Waktu itu gue tertarik karena doi cerita dengan berapi-api bahwa nyokapnya ‘nemu’ tas Prada asli di Cimol dengan harga 40 ribu. Just for the sake of curiosity, I visited the site. The good news is, kalo lo pinter nyari, lo bisa dapet barang2 branded made in European country or USA yang lucu-lucu dengan harga luar biasa murah. Setelah gue observasi dengan sesama, gue baru sadar ternyata pengunjung Cimol bukan melulu orang-orang yang lagi bokek aja, ato mahasiswa kere yang hampir keabisan uang bulanan. Nyatanya ga sedikit orang-orang ‘berduit’ yang juga hunting di Cimol. So, jangan kaget kalo pas lo mampir kesana lo ngeliat sejubel mobil mewah di tempat parkir. Pertama kali gue kesana, pernah gue ngeliat cewe nenteng hp Blackberry lagi mau ngeborong kaos-kaos vintage yang diobral 3000an. What a crime, isn’t it? Lol.
It has great foods.
Yummy. Bandung makes you get fat, believe me. Normally, I could be provided with the best nutrition any parent would possibly think of and still gain no weight through the year. Leave me in Bandung, one month and I would gain at least 8 freaking pounds. So, what is it with Bandung and getting fat? The answer is because it has great foods. Makanan di Bandung emang dahsyat banget. Gue sendiri juga heran, kok bisa ya ada orang Bandung yang kurus? Well, gue sendiri emang lahir di Bandung. Tapi gue kan gak tumbuh di Bandung. Jadi, wajar kalo gue kurus, even setelah gue nambah berat badan. Anyhow, buat orang-orang yang lahir di Bandung dan tumbuh di Bandung, I haven’t the slightest idea how they could skinny with so much great foods around. Buat gue, Bandung itu surganya wisata kuliner. Disini lo bisa nemuin segala jenis makanan. Pikirin satu jenis jajanan pinggir jalan yang biasa lo temuin di jakarta, semuanya ada di Bandung. Bahkan sebagian besar dari mereka adalah hasil kreasi orang-orang Bandung. Cireng, cimol, batagor, tape, lemper-lemperan, apa juga ada di sini. Bad news for you, Chicken, orang Bandung gak bisa ngeliat ayam idup berkeliaran. Kalo gak percaya, jalan aja malem-malem di sepanjang Dago ato jalan-jalan utama lain di kota Bandung. Sejauh mata lapar memandang, yang terlihat adalah tenda-tenda yang menyajikan ayam-ayam (ayam mati, pastinya) dengan berbagai tema: ada ayam bakar, ayam goreng, ayam penyet, ayam bali, ayam caramel, ayam bumbu kampung, ayam cobek, dll. Malah ada salah satu tempat makan terkenal di daerah itb yang menyajikan menu Ayam Naomi Campbell. Nah loh, penasaran gimana seksinya tu ayam. One thing for sure, it’s black, just like Mrs. Campbell. Moving on to the dessert, kalo ngomongin soal makanan manis kota ini tempatnya. Orang Bandung emang paling kreatif kalo soal makanan. Jangan kaget kalo pas lo maen ke Bandung lo nemuin makanan (or is it minuman? Hell, I don’t know) aneh kaya susu-telor-keju-kornet. Salah satu temen gue, Jamal, cerita kalo ada temennya yang cukup gila untuk mesen itu menu sebagai main course makan malam. Euwhhh..
It is a great place to hang out
Udah jadi hal yang biasa bagi orang-orang Jakarta buat datang ke Bandung just for hang-out sake during the weekend. Gue udah bosen banget ngeliat pemandangan dimana jalan-jalan di Bandung penuh sama mobil-mobil plat B pas malem Sabtu dan malem Minggu. You have no idea how crowded it is until you see it yourself. Daya tarik Bandung sebagai kota hang-out emang terlalu kuat. Orang-orang Jakarta kalo udah ke Bandung- anak mudanya loh- biasanya ga pernah repot-repot keluar uang buat nginep di hotel karena disini mereka bisa melek semaleman tanpa perlu mikirin tidur. Aneh emang, tapi Bandung pas weekend emang semakin hidup di malam hari. Pas siang sih biasa aja, tapi kalo hari udah gelap, mulai deh orang pada tumpah. Kafe-kafe, Lounge, McDonald sampe minimarket Circle K yang semuanya buka 24 jam jadi tempat favorite buat nongkrong semalem suntuk. Mungkin lo heran ngapain juga orang nongkrong di minimarket. I don’t know, either. It’s kind of weird, but some people do hangout in there.
It (almost) never sleep
Bandung emang bisa dibilang hampir gak pernah tidur. Ya mal-nya, kafe-nya, resto-resto fastfood-nya, mereka semua tetep available di malam hari, 24 hours a day, 7 days a week. Here, you could go out to the movie in the midnite and hang out munching or coffee-ing till dawn afterward, how cool is that? Belakangan ini, gue sama temen kuliah gue- name them, Nanda, Bacin, Jamal- lagi hobi banget nonton pas midnite during the weekend. It’s fun because the theater is less crowded. And that means more space for lesser people which is great. Kota ini, I dare to say, bener-bener surga buat manusia nokturnal yang hobi melek di malam hari kaya gue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar